Gerindra soal Serangan KKB: Ini Separatisme, Jokowi Harus Tegas
Sabtu 08 Desember 2018, 08:42 WIB
Jakarta -
Partai Gerindra menyebut kelompok Egianus Kogoya yang mendalangi
penembakan terhadap para pekerja proyek Trans Papua bagian dari
separatisme. Gerindra meminta Presiden Jokowi segera memerintahkah
Panglima TNI untuk menindak kelompok tersebut.
"Kasih deadline 2x24 jam, biar OPM itu menyerah. Kalau mereka tidak mau meletakkan senjata, tumpas. Turunkan pasukan komando kita, Kopassus, serbu. Ini bukan hanya soal kedaulatan, tapi soal harga diri bangsa. Masa sama 50 orang yang punya senjata 20 pucuk senjata aja kita begini. Ini soal ketegasan pemerintah," tegas anggota Badan Komunikasi DPP Gerindra, Andre Rosiade saat dimintai tanggapan wartawan, Jumat (7/12/2018).
Menurut Andre, pemerintah dan TNI tidak perlu takut dicap pelanggar HAM jika menumpas kelompok Egianus. Sebab, yang justru telah melanggar HAM yakni kelompok tersebut.
"Lho, apa yang HAM? Pelanggaran HAM-nya yang mana? Negara harus bertindak di saat pemberontak... yang melakukan pelanggaran HAM ya adalah OPM itu. Mereka memberondong para pekerja yang tidak bersenjata, kan itu," tegas Andre.
Andre menuturkan, karena masuk kategori separatisme, TNI yang seharusnya menjadi leading sector. Hal tersebut, sambung dia, juga harus dipertegas.
"Presiden minta Panglima TNI berikan tindakan, polisi suruh mundur dulu. Ini bukan kriminalitas, ini adalah separatis. Nah ini yang kita lihat masih rancu antara pihak kepolisian dengan pihak TNI. Ini berpulang lagi kepada ketegasan presiden," terang Andre.
Andre menegaskan, apa yang disampaikan ini tak ada hubungannya dengan pemilu. Menurutnya, dalam kondisi seperti ini semua pihak harus bersatu meskipun berbeda pilihan politik.
"Tapi permintaan ini nggak ada urusannya dengan pemilu, tidak ada urusan pilpres, saatnya kita bersatu," ujarnya.
Sebelumnya, kelompok Egianus Kogoya beralasan, serangan yang mereka lakukan terhadap para pekerja proyek Trans Papua karena ingin pisah dari Indonesia. Juru bicara kelompok yang menamakan diri Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB), Sebby Sambom mengatakan, jauh sebelum penembakan mengerikan di Nduga tersebut, mereka telah memperingatkan agar pembangunan jalan Trans Papua tidak dilanjutkan.
"Jadi di Yigi itu bukan pembantaian, bukan eksekusi mati seperti yang dikatakan TNI-Polri. Itu penyerangan," kata juru bicara TPNPB Sebby Sambom saat dihubungi detikcom, Kamis (6/12/2018). (dtc)
"Kasih deadline 2x24 jam, biar OPM itu menyerah. Kalau mereka tidak mau meletakkan senjata, tumpas. Turunkan pasukan komando kita, Kopassus, serbu. Ini bukan hanya soal kedaulatan, tapi soal harga diri bangsa. Masa sama 50 orang yang punya senjata 20 pucuk senjata aja kita begini. Ini soal ketegasan pemerintah," tegas anggota Badan Komunikasi DPP Gerindra, Andre Rosiade saat dimintai tanggapan wartawan, Jumat (7/12/2018).
Menurut Andre, pemerintah dan TNI tidak perlu takut dicap pelanggar HAM jika menumpas kelompok Egianus. Sebab, yang justru telah melanggar HAM yakni kelompok tersebut.
"Lho, apa yang HAM? Pelanggaran HAM-nya yang mana? Negara harus bertindak di saat pemberontak... yang melakukan pelanggaran HAM ya adalah OPM itu. Mereka memberondong para pekerja yang tidak bersenjata, kan itu," tegas Andre.
Andre menuturkan, karena masuk kategori separatisme, TNI yang seharusnya menjadi leading sector. Hal tersebut, sambung dia, juga harus dipertegas.
"Presiden minta Panglima TNI berikan tindakan, polisi suruh mundur dulu. Ini bukan kriminalitas, ini adalah separatis. Nah ini yang kita lihat masih rancu antara pihak kepolisian dengan pihak TNI. Ini berpulang lagi kepada ketegasan presiden," terang Andre.
Andre menegaskan, apa yang disampaikan ini tak ada hubungannya dengan pemilu. Menurutnya, dalam kondisi seperti ini semua pihak harus bersatu meskipun berbeda pilihan politik.
"Tapi permintaan ini nggak ada urusannya dengan pemilu, tidak ada urusan pilpres, saatnya kita bersatu," ujarnya.
Sebelumnya, kelompok Egianus Kogoya beralasan, serangan yang mereka lakukan terhadap para pekerja proyek Trans Papua karena ingin pisah dari Indonesia. Juru bicara kelompok yang menamakan diri Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB), Sebby Sambom mengatakan, jauh sebelum penembakan mengerikan di Nduga tersebut, mereka telah memperingatkan agar pembangunan jalan Trans Papua tidak dilanjutkan.
"Jadi di Yigi itu bukan pembantaian, bukan eksekusi mati seperti yang dikatakan TNI-Polri. Itu penyerangan," kata juru bicara TPNPB Sebby Sambom saat dihubungi detikcom, Kamis (6/12/2018). (dtc)
| Editor | : | |
| Kategori | : | Politik |
Untuk saran dan pemberian informasi kepada situsnews.com, silakan kontak ke email: redaksi situsnews.com
Berita Pilihan
Rabu 10 Desember 2025
Masyarakat Bingung Tanggal Cuti Natal? Ini Penjelasan Resminya
Senin 08 Desember 2025
Beda Warna Beda Khasiat: Ini Nutrisi Anggur Hijau, Merah, dan Hitam
Kamis 04 Desember 2025
Satu Amalan Kecil yang Mengantarkan Seseorang ke Surga
Senin 01 Desember 2025
Ribuan Mengungsi, Ratusan Tewas dalam Banjir dan Longsor di Sumatera
Sabtu 29 November 2025
FPK Riau Gelar Seminar Pembauran Kebangsaan Berperspektif Budaya Melayu
Kamis 27 November 2025
Material Longsor Tutupi Jalan dan Permukiman di Jembatan Kembar
Kamis 13 November 2025
Indonesia Tegaskan Larangan Ekspor Sarang Burung Walet Kotor
Rabu 12 November 2025
Utang Pinjol Warga RI Tembus Rp 90,99 T, Gaji Habis buat Bayar Cicilan
Sabtu 08 November 2025
Korlantas Polri Siapkan Operasi Zebra dan Nataru untuk Amankan Libur Akhir Tahun
Kamis 06 November 2025
KPK Tetapkan Gubernur Riau Abdul Wahid dan Dua Pejabat Lain Tersangka Korupsi Rp 7 Miliar
Internasional

Sabtu 25 Oktober 2025, 10:18 WIB
Kenapa Jumlah Teman Makin Berkurang saat Dewasa? Ini Alasan Ilmiahnya
Sabtu 11 Oktober 2025
Gencatan Senjata Gaza: Penemuan 55 Jenazah dari Reruntuhan
Senin 22 September 2025
Portugal Resmi Akui Negara Palestina, Ikuti Jejak Inggris, Australia, dan Kanada
Rabu 03 September 2025
Akademisi Indonesia di Inggris Desak Reformasi Politik dan Keamanan, Imbau Aspirasi Damai
Politik

Kamis 06 November 2025, 08:29 WIB
Doli: Musda Golkar Riau Harus Jadi Awal Kebangkitan Menuju 2029
Minggu 07 September 2025
DPW PKS Riau Lantik Pengurus DPD PKS Kampar, Fahmi SE ME Resmi Nahkodai
Senin 05 Mei 2025
MK Tolak Gugatan Wakil Bupati Siak, Afni-Syamsurizal Tetap Pemenang Pilkada 2024
Kamis 17 Oktober 2024
Dukung Abdul Wahid-SF Haryanto, DPP Pemuda Sriwijaya RoadShow ke Seluruh Riau
Nasional

Rabu 10 Desember 2025, 09:52 WIB
Masyarakat Bingung Tanggal Cuti Natal? Ini Penjelasan Resminya
Rabu 10 Desember 2025
Masyarakat Bingung Tanggal Cuti Natal? Ini Penjelasan Resminya
Rabu 10 Desember 2025
BNPB: Total Korban Meninggal Bencana di Sumatera Capai 964 Orang
Sabtu 06 Desember 2025
Gempa M 5,3 Guncang Halmahera Barat, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami
Terpopuler
01
Kamis 06 Desember 2018, 07:17 WIB
Tabrakan Dua Pesawat Militer AS di Jepang, Tujuh Awak Hilang 02
Kamis 06 Desember 2018, 09:45 WIB
1 Anggota Brimob Tertembak Saat Pencarian Korban Penembakan KKB 03
Kamis 06 Desember 2018, 11:59 WIB
Ditolak Istri Berhubungan Badan, Ayah di Merangin Cabuli Anak Kandung 04
Kamis 06 Desember 2018, 06:35 WIB
MotoGP Ubah Kebijakan untuk Rider yang Finis Sambil Terjatuh 05
Kamis 06 Desember 2018, 07:34 WIB
Zumi Zola Hadapi Vonis
Pekanbaru

Rabu 10 Desember 2025, 06:08 WIB
Pemko Pekanbaru Salurkan Rp1,5 Miliar Bantuan untuk Korban Bencana di Aceh
Rabu 10 Desember 2025
Pemko Pekanbaru Salurkan Rp1,5 Miliar Bantuan untuk Korban Bencana di Aceh
Rabu 03 Desember 2025
Pemko Pekanbaru Perkuat Layanan Publik Lewat Rotasi Pejabat dan Pemilihan RT/RW
Selasa 02 Desember 2025
Hadapi Libur Akhir Tahun, Pemko Pekanbaru Perkuat Kolaborasi dengan TNI-Polri